Pernyataan Kami dari Aliansi Merah Putih, putra dan putri dari Divisi Bambu Runcing, anak cucu dari pejuang kemerdekaan Indonesia. Keturunan langsung dari ‘inlander’ (sebutan bagi penduduk asli Indonesia ) yang dijajah Belanda lebih dari 350 tahun. Aliansi merah putih adalah akar organisasi baru yang bangkit menuntut keadilan yang dilakukan selama pendudukan ilegal Belanda di Indonesia.

Setelah merdekanya Indonesia, Orang-orang Hindia Belanda membawa segala pujian tentang kolonialisme ke negara Belanda. Mereka menyebutnya dengan nama “tempo dulu” dengan ejaan lama masa penjajahan dan menggambarkan masa tersebut sebagai masa kejayaan masa lalu. Kepalsuan sejarah tidak hanya menjangkiti individu, tetapi hingga mencapai institusi. Penyampaian kisah sejarah di negeri Belanda menyisakan kesan bahwa ada banyak hal yang disembunyikan.

Sebagian karena materi pendidikan yang dipilih-pilih, sebagian besar populasi masih begitu bangganya akan masa kolonialisme dimana orang mengagumi Belanda dalam masa keemasannya.

Kekayaan Belanda dibanjiri darah para leluhur kami, dan mereka yang bertanggungjawab atas itu masih dikagumi dalam bentuk patung hingga hari ini.

Kami tidak melupakan! 260 juta orang belumlah melupakan!

Jaringan kami tersebar dari Den Haag ke Surabaya, dari Leiden ke Banda Aceh dan dari Amsterdam hingga Jakarta. Populasi orang Indonesia di Belanda telah bungkam sekian lama.

Belanda bukan hanya menyerang sebuah negara yang berdaulat pada 1945 dimana 150.000 penduduk Indonesia terbunuh demi kemerdekaannya, Belanda juga menuntut 4,7 juta gulden dari Indonesia sebagai kompensasi.

Tak ada satu negarapun yang seharusnya membayar penjajah mereka demi kemerdekaannya. Belanda harus mengembalikan dana kompensasi ditambah kompensasi untuk semua pembunuhan, kompensasi dan penjarahan selama 350 tahun pendudukan.

Kami menuntut penggantian sebutan “aksi polisionil” menjadi “revolusi Indonesia” , pengakuan 17 Agustus 1945 sebagai hari resmi kemerdekaan Indonesia, dan patung-patung para bajak laut VOC ditempatkan didalam museum dengan narasi yang jujur.

Kami akan menyamakan semua patung-patung kesayangan anda dengan warna tanah selama pembantaian Banda. Selama kereta emas dengan lukisan budak-budak Jawa dan Afrika memberikan sesembahan kepada Ratu berkulit putih masih dipertontonkan, kami akan menyerang aset kerajaan. Kerajaan Amsterdam yang memiliki gambaran sama juga tak akan aman, sama halnya dengan museum-museum Belanda yang menampilkan barang-barang jarahan.

Tanggul anda akan dihantam banjir darah yang tertumpah dari tanah jajahan.

Putus asalah!
Kami siap!

[Catatan : “dispereert niet” atau jangan putus asa adalah semboyan dari JP Coen, Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang melakukan pembantaian atas seluruh penduduk pulau Banda yang kini dihormati dengan dibangun patungnya di Hoorn, Belanda.]

Translated by: Ady Setyawan